Selasa, 01 Mei 2012

praktikum reaksi uji protein

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM BIOKIMIA
I. Nomor Percobaan             :  
II. Judul Percobaan              : Reaksi Uji Protein
III. Tujuan Praktikum         : Untuk menguji kandungan yang terdapat dalam protein
      IV. Dasar Teori                                
Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein.
Pada berbagai uji kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein, semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein, yaitu asam amino tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu protein.
Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari hasil percobaan, diketahui bahwa protein albumin dan kasein mengandung Tirosin sebagai salah asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin dan pepton tidak. Fenol dalam hal ini digunakan sebagai bahan percobaan karena Tirosin memiliki molekul fenol pada gugus R-nya. Di sini, uji terhadap fenol negatif, walaupun secara teori tidak. Alasan yang mungkin untuk hal ini adalah kesalahan praktikan dalam bekerja.
Pada uji Hopkins cole, uji positif ditunjukkan oleh albumin, gelatin, kasein, dan pepton, dengan ditunjukkan oleh adanya cincin berwarna ungu. Uji ini spesifik untuk protein yang mengandung Triptofan. Triptofan akan berkondensasi dengan aldehid bila ada asam kuaat sehngga membentuk cincin berwarna ungu.
Protein yang mengandng sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk persenyawaan berwarna. Uji ini bersifat umum untuk semua asam amino, dan menjadi dasar penentuan kuantitatif asam amino. Pada uji ini, hanya kasein yang menunjukkan uji negatif terhadap ninhidrin. Hal ini disebabkan karena pada kasein tidak mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan amino yang terbuka.
Sistein dan Metionin merupakan asam amino yang mengandung atom S pada molekulnya.. Reaksi Pb-asetat dengan asam-asam amino tersebut akan membentuk endapan berwarna kelabu, yaitu garam PbS. Penambahan NaOH dalam hal ini adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS. Dari semua bahan yang diuji, hanya albumin yang membentuk endapan PbS, sehingga dapat disimpulkan albumin mengandung Sistein ataupun Metionin.
Inti benzena dapat ternitrasi oleh asam nitrat pekat menghasilkan turunan nitrobenzena. Fenilalanin, Tirosin, dan Triptofan yang mengandung inti benzena pada molekulnya juga mengalami reaksi dengan HNO3 pekat. Untuk perbandingan, dapat ditunjukkan oleh fenol yang bereaksi membentuk nitrobenzena. Hasil uji menunjukkan bahwa dari semua bahan, hanya kasein yang tidak mengandung asam amino yang mempunyai inti benzena pada molekulnya. Tetapi hal ini patut dipertanyakan, karena dari data-data yang diperoleh pada uji millon dan uji Hopkins cole, kasein mengandung tirosin dan triptofan. Salah satu alasan yang mungkin adalah karena kesalahan kerja praktikan dalam mengamati warna yang terbentuk selama reaksi.
Pada uji biuret, semua protein yang diujikan memberikan hasil positif. Biuret bereaksi dengan membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam protein. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya.
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3 dan Pb-asetat. Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang direaksikan dengan pereaksi millon memberikan warna merah muda, dan filtrat yang direaksikan dengan biuret berwarna biru muda. Hal ini berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah ditambahkan garam.
Pada uji koagulasi, endapan albumin yang terjadi setelah penambahan asam asetat, bila direaksikan dengan pereaksi millon memberikan hasil positif. Hal ini menunjukkan bahwa endapan tersebut masih bersifat sebagai protein, hanya saja telah terjadi perrubahan struktur tersier ataupun kwartener, sehingga protein tersebut mengendap. Perubahan struktur tesier albumin ini tidak dapat diubah kembali ke bentuk semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya endapan albumin itu dalam air.
Pada uji pengendapan oleh alkohol, hanya tabung-tabung yang mengandung asam (ber-pH rendah) yang menunjukkan pengendapan protein. Pada protein, ujung C asam amino yang terbuka dapat bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam membentuk senyawa protein ester. Pembentukan ester ini ditunjukkan oleh adanya endapan yang terbentuk.
Protein akan terdenaturasi atau mengendap bila berada pada titik isolistriknya, yaitu pH dimana jumlah muatan positif sama dengan jumlah muatan negatifnya. Pada uji denaturasi, protein yang dilarutkan dalam buffer asetat pH 4,7 menunjukkan adanya endapan. Protein yang dilarutkan dalam HCl maupun NaOH, keduanya tidak menunjukkan adanya pengendapan, namun setelah ditambahkan buffer asetat dengan volume berlebih, protein pun mengendap hal ini menunjukkan bahwa protein albumin mengendap pada titik isolistriknya, yaitu sekitar pH 4,7.
Macam – Macam Kerusakan Protein
Denaturasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu panas, pH, bahan kimia dan sebagainya. Denaturasi diartikan suatu proses dipecahnya ikatan hidrogen interaksi hidrofobik, ikatan garam, terbukanya lipatan atau win molekul. Ada dua denaturasi yaitu pengembangan rantai polipeptida dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa disertai pengembangan molekul ikatan (Winarno,2004).

Menurut Graman dan Sherington (1992), Koagulasi dapat ditimbulkan dengan berbagai macam cara:
1. Dengan pemanasan
2. Dengan asam
3. Dengan enzim – enzim
4. Dengan perlakuan mekanis
5. Penambahan garam

Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan ikatan kovalen. Proses ini bersifat khusus untuk protein dan mempengaruhi protein yang berlainan dan sampai yang tingkat berbeda pula. Denaturasi dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang paling penting adalah bahan, pH, garam, dan pengaruh permukaan. Denaturasi biasanya dibarengi oleh hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang berarti pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan (De Man,1989).
Pemanasan protein dapat menyebabkan terjadinya reaksi – reaksi baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan reaksi tersebut diantaranya denaturasi. Kehilangan aktivitas enzim, penambahan kelarutan dan dehidrasi, dan perubahan warna. Denaturasi , residu asam amino, arus luring, permukaan ikatan peptida dan pembentukan senyawa yang sentri aktif (Apriyantono,2002).

Pemutusan Ikatan Peptida
Menurut Ariyani et all (2003), papain merupakan salah satu enzim pemecah protein dari tanaman pepaya yang relatif mudah diperoleh. Apabila dibandingkan dengan enzim proteolitik lainnya, papain relatif tahan terhadap panas.
Satu molekul protein mengandung 500 asam amino, bergabung bersama ikatan peptidae, terbentuk jika gugus asam amino (NH2) dan suatu asam amino bereaksi dengan gugus asam ( - COOH ) dari asam amino bentuknya dalam pembentukan ikatan peptidae, dibebaskan satu molekul air. Tipe reaksi ini adalah salah satu contoh dari polimerasi kondensasi (Gramman,1992).
Protein adalah molekul makro yang mempunyai karat molekul antara 500 hingga beberapa juta. Protein terdiri dari rantai – rantai panjgan asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptidae (Almatsier,2003).
Pada saat proses hidrolisis terjadi pemutusan ikatan peptida oleh enzim protease menghasilkan gugus asam amino yang merupakan karbon reaksi Maillard, dimana pada keadaan ini gugus amino protein bereaksi dengan gugus aldehid atau keton dari gula pereduksi sehingga menghasilkan warna coklat (Subagio et al,2002).
Denaturasi protein dapat dilakukan dengan cara – cara sebagai berikut:
1. modifikasi pH
Denaturasi protein terjadi karena ionisasi pada rantai samping. Pada umumnya protein lebih banyak terdenaturasi pada pH tinggi (> 10.5) dibandingkan pada pH rendah (< 4.5). pH asam atau basa bisa digunakan dalam konjungsi dengan urea atau dengan garam – garam inorganik.



2. Menggunakan pelarut organic
Pelarut organik yang umum digunakan seperti etanol dan propanol. Lipatan protein tidak terbuka secara utuh dalam pelarut organik sehingga bisa digunakan untuk tahap awal ekstraksi badan inklusi. Di lain sisi, pelarut organik juga dapat berfungsi sebagai kosolven yang bisa mempermudah pelipatan protein.
3.Solut organic
Contoh solut organik yang dapat digunakan adalah guanidine HCl 6 – 8M (efektivitasnya dipengaruhi temperatur, namun tidak dipengaruhi pH pelarut) dan urea 6 – 9M (efektivitas dipengaruhi oleh pH, kekuatan ionik, dan temperatur)
4. Detergen
Detergen yang biasa digunakan adalah sodium dedocyl sulphate (SDS, sebagai detergen anionik) dan cetyltrimethylammonium bromide (CTAB, sebagai detergen ationik). Kedua detergen tersebut efektif sebagai denaturan protein, namun perlu diperhatikan bahwa kedua detergen ini dapat mengurangi hasil pemurnian.
5.Garam inorganic
Garam dengan konsentrasi tinggi (> 1M) dapat digunakan sebagai denaturan protein. Kekuatan denaturan semakin meningkat sesuai urutan sebagai berikut : (a). untuk anion : SO4-2 < CH3COO- < Cl- < Br- < ClO4- < SCN – ( b). untuk kation : (CH3)4N+, NH4+, K+, Na+ < Li+ < Ca2+ < Gdn+. Garam inorganik tidak secara luas digunakan untuk denaturasi protein, namun sering digunakakn untuk ekstraksi selektif protein membran ekstrinsik yang prinsipnya dapat digunakan untuk pre-ekstraksi badan inklusi.
6. Temperatur
Ekstraksi badan inklusi yang diinduksi oleh temperatur jarang digunakan karena dapat menyebabkan denaturasi protein yang irreversibel.
Denaturasi karena Garam logam berat:
Garam logam berat mendenaturasi protein sama dengan halnya asam dan basa. Garam logam berat umumnya mengandung Hg+2, Pb+2, Ag+1 Tl+1, Cd+2 dan logam lainnya dengan berat atom yang besar. Reaksi yang terjadi antara garam logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak larut (Ophart, C.E., 2003).
Protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam. Pengendapan oleh ion positif (logam) diperlukan ph larutan diatas pi karena protein bermuatan negatif, pengendapan oleh ion negatif diperlukan ph larutan dibawah pi karena protein bermuatan positif. Ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein adalah; Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++ dan Pb++, sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein adalah; ion salisilat, triklorasetat, piktrat, tanat dan sulfosalisilat. (Anna, P., 1994).
Garam logam berat merusak ikatan disulfida:
Logam berat juga merusak ikatan disulfida karena affinitasnya yang tinggi dan kemampuannya untuk menarik sulfur sehingga mengakibatkan denaturasi protein (Ophart, C.E., 2003).
Agen pereduksi merusak ikatan disulfida:
Ikatan disulfida terbentuk dengan adanya oksidasi gugus sulfhidril pada sistein. Antara rantai protein yang berbeda yang sama-sama memiliki gugus sulfhidril akan membentuk ikatan disulfida kovalen yang sangat kuat. Agen pereduksi dapat memutuskan ikatan disulfida, dimana penambahan atom hidrogen sehingga membentuk gugus tiol; -SH (Ophart, C.E., 2003).
Denaturasi karena Panas:
            Panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Protein telur mengalami denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Beberapa makanan dimasak untuk mendenaturasi protein yang dikandung supaya memudahkan enzim pencernaan dalam mencerna protein tersebut (Ophart, C.E., 2003).Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit (Ophart, C.E., 2003).
Alkohol dapat merusak ikatan hidrogen:
Ikatan hidrogen terjadi antara gugus amida dalam struktur sekunder protein. Ikatan hidrogen antar rantai samping terjadi dalam struktur tersier protein dengan kombinasi berbagai asam amino penyusunnya (Ophart, C.E., 2003).
Denaturasi karena asam atau basa:
Protein akan mengalami kekeruhan terbesar pada saat mencapai ph isoelektris yaitu ph dimana protein memiliki muatan positif dan negatif yang sama, pada saat inilah protein mengalami denaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan timbulnya gumpalan. (Anna, P., 1994).  Asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik. Sebuah tipe reaksi penggantian dobel terjadi sewaktu ion positif dan negatif di dalam garam berganti pasangan dengan ion positif dan negatif yang berasal dari asam atau basa yang ditambahkan. Reaksi ini terjadi di dalam sistem pencernaan, saat asam lambung mengkoagulasi susu yang dikonsumsi (Ophart, C.E., 2003).

V. Alat dan Bahan
ALAT :
  • Beker Gelas
  • Pipet tetes
  • Pengaduk kaca
  • Labu ukur
  • Bunsen
  • Gelas ukur
  • Tabung reaksi
  • Rak tabung reaksi
BAHAN :
  • Susu cair
  • susu bubuk
  • Kuning telur
  • Putih telur
  • Albumin
  • Larutan ikan
  • Aquadest
  • Buffer asetat pH 4,7 (1 M)
  • Larutan HCl 0,1 M dan 18 M
  • Larutan NaOH 0,1 M
  • Larutan BaCl2
  • Etil alkohol
  • Fuxion Mixture (3 bagian natrium karbonat anhidris dengan 2 bagian kalium nitrat)

VI. Prosedur Percobaan
1.      Pengendapan dengan Alkohol

Tabung
1
2
3
Larutan Albumin
5 mL
5 mL
5 mL
HCl 0,1 M
1 mL
-
-
NaOH 0,1 M
-
1 mL
-
Buffer asetat pH 4,7
-
-
1 mL
Etil alcohol
6 mL
6 mL
6 mL

Tabung mana yang menunjukkan protein tidak larut !
2.      Denaturasi Protein

Tabung
1
2
3
Larutan Albumin
9 mL
9 mL
9 mL
HCl 0,1 M
1 mL
-
-
NaOH 0,1 M
-
1 mL
-
Buffer asetat pH 4,7
-
-
1 mL
Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan pada temperature kamar. Dalam tabung mana yang kelihatan mengendap. Untuk tabung-tabung (1) dan (2) tambahkan 10 ml buffer asetat pH 4,7. tulis hasilnya.
3.      Uji Sulfur dalam Protein
Campur 0,5 gram serbuk albumin dengan dua kali berat dari fusion mixture, panaskan dalam cawan porselin sampai tak berwarna. Dinginkan dan dilarutkan dalam air panas. Saring jika perlu. Asamkan filtrat dengan HCl. Panaskan hingga mendidih dan tambahkan beberapa tetes larutan BaCl2.

VII. Hasil Pengamatan

          1.      Pengendapan dengan Alkohol
Percobaan
Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan
v  Tabung I
Ø  Susu bubuk (putih keruh) + HCl  (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Ada endapan putih, larutan bening

Ø  Susu cair (putih keruh) + HCl  (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Ada endapan putih, larutan putih keruh

Ø  Putih telur (putih) + HCl
(tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Ada endapan putih, larutan putih

Ø  Kuning telur (kuning keruh) + HCl  (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Ada endapan putih, larutan kuning

Ø  Albumin (kuning bening) + HCl (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Larutan putih, endapan putih

Ø  Ikan (putih keruh) + HCl (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Ada endapan putih, larutan putih keruh
v  Tabung II
Ø  Susu bubuk (putih keruh) + NaOH (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Tidak ada endapan, larutan putih keruh

Ø  Susu  cair (putih keruh) + NaOH (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Tidak ada endapan, larutan keruh

Ø  Putih telur (putih) + NaOH
(tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Tidak ada endapan, larutan putih

Ø  Kuning telur (kuning keruh) + NaOH (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Tidak ada endapan, larutan kuning

Ø  Albumin (kuning bening) + NaOH (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Tidak ada endapan, larutan putih

Ø  Ikan (putih keruh) + NaOH (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Tidak ada endapan, larutan putih keruh
v  Tabung III
Ø  Susu bubuk (putih keruh) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Ada endapan putih lebih banyak dari tabung 1, larutan bening

Ø  Susu cair (putih keruh) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Endapan putih lebih banyak, larutan bening

Ø  Putih telur (putih) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Endapan putih lebih banyak, larutan putih

Ø  Kuning telur (kuning keruh) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Ada endapan putih lebih banyak dari tabung 1, larutan kuning

Ø  Albumin (kuning bening) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Ada endapan putih lebih banyak, larutan putih

Ø  Ikan (putih keruh) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
Ada endapan putih lebih banyak, larutan putih keruh

          2.      Uji Denaturasi Protein
Percobaan
Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan
Tabung I
Ø  Susu bubuk (putih susu) + HCl (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Setelah dipanaskan ada endapan putih, larutan putih keruh, ditambah buffer asetat jadi mengendap dengan warna putih, larutan keruh

Ø  Susu cair (putih) + HCl (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Setelah dipanaskan ada endapan putih, larutan keruh, ditambah buffer asetat jadi mengendap dengan warna putih, larutan keruh

Ø  Putih telur (putih) + HCl (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Setelah dipanaskan ada endapan putih, larutan putih putih, ditambah buffer asetat jadi ada endapan putih

Ø  Kuning telur (kuning keruh) + HCl (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Larutan putih dan keruh

Ø  Albumin (kuning bening) + HCl (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Setelah dipanaskan mengendap seluruhnya, ditambah buffer asetat jadi ada endapan putih, larutan bening

Ø  Ikan (putih) + HCl (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Setelah dipanaskan ada endapan putih, larutan bening, ditambah buffer asetat jadi ada endapan putih
Tabung II
Ø  Susu bubuk (putih susu) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Setelah dipanaskan tidak ada endapan, putih keruh, ditambah jadi ada endapan putih keruh, larutan keruh

Ø  Susu cair (putih) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Setelah dipanaskan endapan kuning, larutan bening, ditambah jadi ada endapannya banyak, larutan bening

Ø  Putih telur (putih) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Setelah dipanaskan tidak ada endapan,larutan bening, ditambah jadi larutan putih

Ø  Kuning telur (kuning keruh) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Larutan putih dan keruh

Ø  Albumin (kuning bening) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Setelah dipanaskan tidak ada endapan, larutan kuning bening, ditambah jadi larutan menggumpal warna putih

Ø  Ikan (putih) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan  15 menit + buffer asetat
Setelah dipanaskan tidak ada endapan, larutan bening, ditambah larutan tetap bening
Tabung III
Ø  Susu bubuk (putih susu) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan  15 menit
Endapan putih, larutan putih keruh

Ø  Susu cair (putih) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan  15 menit
Ada endapan, larutan bening

Ø  Putih telur (bening) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan  15 menit
Larutan menggumpal

Ø  Kuning telur (kuning keruh) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan  15 menit
Terdapat endapan putih dan larutan keruh

Ø  Albumin (kuning bening) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan  15 menit
Mengendap seluruhnya warna putih

Ø  Ikan (putih) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan  15 menit
Larutan bening, endapan putih

      3.      Uji Sulfur
Albumin + fussion mixture à serbuk kuning kecoklatan, didinginkan, larutan disaring à larutan tak berwarna (bening). Filtrate + HCl dipanaskan terdapat gelembung busa kemudian dipanaskan lagi kemudian ditetesi BaCl2 maka larutan berwarna kuning dan endapan putih.

VIII. Pembahasan
            Dalam percobaan dilakukan uji terhadap protein dengan berbagai macam cara yaitu: uji pengendapan dengan alcohol, uji denaturasi dan uji sulfur. Dalam percobaan ini, digunakan beberapa larutan yaitu albumin, susu bubuk, susu cair, putih telur, kuning telur dan ikan.

Percobaan pertama dengan menggunakan uji pengendapan dengan alkohol, di dapat kesimpulan bahwa pada tabung 1 diperoleh untuk masing-masing larutan protein memiliki endapan berwarna putih, sedangkan larutannya sama seperti larutan induknya. Pengendapan ini dapat terjadi dikarenakan dengan penambahan alcohol pelarut organik akan mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air (Blogspot, 2007).  Sedangkan pada tabung 2, untuk masing-masing larutan protein tidak terdapat endapan, hal ini dikarenakan dengan penambahan larutan NaOH akan menaikkan titik isoelektriknya dengan demikian akan menjadikan protein tidak kalah bersaing dengan protein terhadap air.
Dan pada tabung 3 diperoleh bahwa terdapat endapan putih yang lebih sedikit dari pada tabung 1, hal ini dikarenakan buffer asetat merupakan asam lemah, dengan demikian proses mengubah konstanta dielektrika dari air berkurang. Dengan demikian penurunan titik isoelektriknya juga tidak signifikan, oleh karena itu kelarutan protein juga akan berkurang, sehingga terbentuk endapan putih.
Selanjutnya untuk percobaan denaturasi protein, Pada tabung 1 diperoleh bahwa untuk setiap larutan protein terdapatnya gumpalan-gumpalan bahkan endapan berwarna putih. Penggumpalan ini  terjadi setelah dilakukannya pemanasan. Proses pemanasan dapat menyebabkan rusaknya struktur protein. Protein sangat peka terhadap lingkungan apalagi dengan adanya perubahan suhu, hal ini menyebabkan larutan menjadi keruh dan adanya gumpalan-gumpalan dari protein yang terdenaturasi. Denaturasi protein dapat diakibatkan bukan hanya oleh adanya pemanasan, tetapi juga pH, dan juga pelarut organiknya.
Pemanasan akan membuat protein terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit (Ophart, 2003). Setelah pemanasan protein tersebut ditambah dengan larutan buffer asetat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa larutan setelah dipanaskan terbentuk endapan berwarna putih, dan larutannya berwarna seperti warna induknya.
            Pada tabung 2, untuk masing-masing protein tidak terdapat endapan setelah pemanasan, namun setelah ditambah buffer asetat maka terbentuk endapan berwarna putih. Sama halnya untuk tabung 3, pada penambahan buffer asetat kemudian dipanaskan akan terbentuk endapan berwarna putih. Namun, pada percobaan ini kuning telur tidak menunjukkan perubahan yang signifikan setelah pemanasan baik pada tabung 1 tabung 2 ataupun tabung 3, endapan yang terbentuk hampir tidak ada. Hal ini dikarenakan larutan protein yang dibuat oleh praktikan terlalu encer (kurang 20%).
            Dalam percobaan yang terakhir, digunakan uji sulfur terhadap protein. Sampel yang digunakan yaitu albumin. Uji belerang ini memberikan hasil positif terhadap protein yang mengandung asam amino yang memiliki gugus belerang, seperti sistein, sistin, dan metionin. Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa terbentuknya endapan putih dan warna larutan kuning. Hal ini menunjukkan bahwa, endapan putih tersebut merupakan endapan Barium dengan sulfur dan larutan tersebut menunjukkan adanya kandungan sulfur dalam protein.

IX. kesimpulan
 Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
      1.      Protein mengalami uji positif terhadap alcohol yang direaksikan asam yang ditandai dengan adanya endapan putih.
      2.    Khusus untuk penambahan NaOH dalam uji alcohol tidak terdapat endapan sebab tidak mengubah titik isoelektrik protein.
      3.      Protein juga mengalami denaturasi akibat pemanasan yang ditandai dengan menggumpal atau mengendap.
     4.    Uji sulfur menunjukkan uji positif terhadap protein yang mengandung gugus tiol yang ditandai dengan endapan putih dan larutan kuning.

DAFTAR PUSTAKA
Arbianto, purwo, 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung : ITB
Deman, M.John, 1997. Kimia Makanan. Bandung : ITB
Lehninger, 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga
Pudjiadi, Anna, 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI
http://slamsmart.blogdetik.com/?p=248. Di akses pada 11 Maret 2012.

X. Jawaban Pertanyaan
 Ø  uji pengendapan dengan pada alkohol
1. apakah kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya ?
jawab: ya, kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya yang ditandai dengan endapan berwarna putih.

Ø  uji denaturasi
2.      sifat fisik apakah dari protein yang mempengaruhi kelarutan protein dalam percobaan ?
jawab: sifatnya sangat peka terhadap lingkungan, apabila konfirmasi molekul protein berubah, misalnya oleh perubahan suhu, pH atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain, maka keaktifan biokimianya berkurang. Hal ini dinamakan dengan denaturasi.
3. metode lain yang dapat digunakan pada denaturasi protein ?
jawab: yaitu metode pemanasan, metode kromatografi dan metode pemurnian enzim.
 4. Perubahan apa yang berhubungan dengan denaturasi protein?
Jawab: perubahan suhu, pH, dan pelarut organik.


Ø  uji sulfur
1.  mengapa protein memberikan uji positif pada sulfur?
Jawab: karena protein dengan sulfur menghasilkan endapan putih dan larutan kuning sehingga protein memberikan uji positif terhadap uji sulfur. Karena dalam protein juga terdapat asam amino sistein yang memiliki gugus tiol yang mengandung unsur S (sulfur).
2. unsur-unsur apa yang bisa dalam protein tetapi tidak ada dalam lipid dan karbohidrat?
Jawab  : unsur P (phosphor), nitrogen, dan sulfur.